Guys! Assalamualaikum! (baca dengan gaya seorang ustadz, okay? Yang keras! Nah, baguuuooozzz)
Prensz, teman, kawan, sobat, mitra, rekan, sahabat, relasi, kanca, pie kabare?
Aku mau cerita samting. Tau kira-kira apa alasan seseorang nggak mau lewat perempatan?
Nah, aku sering mbayangin gini. Perempatan ringroad itu kan pertemuan dari 4 arah. Klo pagi hari pasti rame orang mau sekolah, belanja, kerja, n ga tau lagi mau pada ngapain, itu urusan pribadi mereka, kan? Nah, aku sering mikir, kalo misalnya kita jadi peneliti dadakan, kita neliti tingkat polusi di sebuah jalan ringroad beserta perempatannya, Dan kalo dibuat gambar dengan ketentuan misalnya yang paling banyak polusinya itu yang paling hitam, tentu perempatan lah yang paling hitam. Aku mbayangin di sana motor-motor pada berenti tapi knalpot tetep nyala, gas-gas beracun membumbung tinggi ke angkasa, merusak paru-paru tiap-tiap anak manusia, aku kasian sama mereka. Apalagi, nggak semua motor baru, ada motor tua yang asapnya udah item pekat, gitu.
Karena aku ngeri mbayangin gas-gas beracun dari motor-motor yang muda maupun tua itu, aku sering menghindari perempatan. Bahkan aku rela asal masuk gang nemuin rute sendiri. Ya, jalan desa yang aku lewati sekarang waktu berangkat sekolah itu hasil kenekatanku sembarangan menyusuri jalan desa menemukan jalan yang permai. Penuh pohon-pohon hijau. Asyik deh pokoknya waktu pertama lewat.
”Aduh kanan apa kiri, nih.”
Aku bener-bener nurut insting n feeling biar nggak tersesat! haha! lebai!